kartul ---bnk

01.29

ngeshare kartul ahhh enjoy ngopas juga gapapa tpi bayar haha\


1.     Pendahuluan
a.      Latar Belakang
Globalisasi bagaikan sinar matahari dan air. Tak ada satu manusia pun yang  dapat menolak kehangatan matahari dan kesejukan air. Secara langsung dapat dikatakan seluruh manusia membutuhkan matahari dan air. Akan tetapi, lama kelamaan matahari tersebut akan bersinar lebih terang sehingga menyilaukan pandangan manusia dan air tersebut akan mengalir dengan deras sehingga menimbulkan banjir yang tentu saja menyusahkan manusia.
Pengibaratan globalisasi sebagai sinar matahari dan air adalah pengibaratan yang cocok dengan kenyataan tentang globalisasi. Dampak dari globalisasi tidak dapat ditolak ataupun dihambat oleh manusia, baik itu dampak positif ataupun dampak negatifnya.
Dewasa ini, globalisasi telah menyilaukan pandangan manusia dan pada akhirnya menyusahkan manusia dengan dampak negatifnya. Dalam karya tulis ini dampak negatif dari globalisasi yang akan dibahas adalah prilaku manusia yang mengatasnamakan semua hal dengan uang atau yang disebut materialistis.
Globalisasi yang menuntut manusia untuk mempunyai berbagai macam  kebutuhan sekunder. Sehingga bertambahnya kebutuhan yang tidak dapat terpenuhi karena semakin mahalnya harga-harga di era globalisasi. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut salah satu caranya adalah menambah penghasilan keluarga, akhirnya kalau biasanya hanya ayah yang bekerja sekarang ibupun ikut bekerja.
Dengan mengatasnamakan untuk mencari uang dan untuk memenuhi kebutuhan seorang ibu melupakan kewajibannya untuk mengasuh anak dan mendidik anak. Ibu pun mengesampingkan masa

1
 tumbuh kembang anak yang sangat berpengaruh akan hadirnya peran penting seorang ibu dan kasih sayangnya.
Untuk itu, karya tulis ini akan membahas globalisasi dengan dampak negatifnya yang dapat merusak hubungan ibu dan anak, dampak negatifnya yang dapat merusak moral dan prilaku seorang anak serta pentingnya peran ibu dalam masa tumbuh kembang anak. Dalam karya tulis ini pun akan menyajikan fakta-fakta yang memperkuat keberadaan masalah ini.

b.      Permasalahan
1)      Apa pengertian globalisasi dan hubungannya dengan materialistis?
2)      Bagaimana pentingnya peran ibu untuk kemajuan dunia?
3)      Bagaimana pentingnya peran ibu dalam masa tumbuh kembang anak?
4)      Bagaimanakah perubahan peran ibu dalam keluarga di era globalisasi?

c.       Tujuan Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan oleh penulis bertujuan, antara lain:
1)      Untuk mengetahui pengaruh negatif dari globalisasi dalam peran seorang ibu.
2)      Untuk mengetahui pentingnya peran ibu dalam memajukan dunia.
3)      Untuk mengetahui pentingnya peran ibu dalam masa tumbuh kembang anak.
4)      Untuk mengambarkan perubahan peran ibu dalam keluarga di era globalisasi.
2

d.      Metode Pengamatan
Dalam membuat karya tulis ini, penulis membutuhkan data yang objektif dan data teraktual. Maka penulis menggunakan metode pengamatan dengan cara menyebarkan angket kepada siswa-siswi SMP Negeri 1 Palembang.
Penyebaran angket dilakukan di beberapa kelas yang mayoritas memiliki seorang ibu yang bekerja dan memiliki jabatan di kantornya.
Pertanyaan yang tertera dalam angket tersebut adalah sebagai berikut:
a)      Apakah ibumu bekerja?
      Ya
      Tidak
b)      Apakah ibumu selalu ada di saat kamu pulang sekolah?
      Selalu
      Kadang-kadang
      Tidak
c)      Berapa lama ibumu bersamamu dalam satu hari?
      < 7 jam
       >7 jam
d)     Apakah kamu pernah bercerita kepada ibumu tentang masalah pribadimu?
      Selalu
      Kadang-kadang
      Tidak


3
e)      Apakah ibumu pernah menjanjikan sesuatu apabila kamu berhasil membuat ibumu bangga?
      Selalu
      Kadang-kadang
      Tidak

e.       Manfaat Pengamatan
Manfaat pengamataan yang dilakukan penulis dalam membahas karya tulis ini adalah dapat mengetahui perubahan peran ibu dalam masa tumbuh kembang anak di era globalisasi.

f.       Sistematika Penulisan
Pembahasan hasil pengamatan dalam karya tulis ini diuraikan dalam subbab, yaitu (a) globalisasi dan materialistis  (b) peran ibu dalam kemajuan dunia (c) peran ibu dalam masa tumbuh kembang anak dan (d) perubahan peran ibu dalam keluarga di era globalisasi.

2.     Hasil Pengamatan

a.      Globalisasi dan Materialistis
Globalisasi adalah suatu proses di mana antarindividu, antarkelompok, dan antarnegara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan mempengaruhi satu sama lain yang melintasi batas Negara. Menurut Emanuel Ritcher, Globalisasi adalah jaringan kerja global secara bersamaan menyatukan masyarakat yang sebelumnya terpencar-pencar dan terisolasi kedalam saling ketergantungan dan persatuan dunia.
Jadi dapat disimpulkan globalisai merupakan sebuah perjalanan hidup manusia yang tidak dapat dihindari. Globalisasi telah menimbulkan
4
dampak yang begitu besar dalam dimensi kehidupan manusia, karena globalisasi merupakan proses internasionalisasi seluruh tatanan masyarakan modern.
Prilaku masyarakat pun dapat dipengaruhi oleh globalisai, salah satu prilaku tersebut adalah prilaku materialistis. Materialistis adalah paham yang beranggapan bahwa materi adalah segalanya. Budaya globlisasi cendrung memandang tinggi nilai suatu benda. Hal ini pada akhirnya akan memunculkan budaya materialistis. Setiap orang berusaha mengejar materi sebanyak-banyaknya. Segala sesuatu dinilai dengan materi ataupun uang. Seseorang yang berhasil dalam kehidupannya di era global adalah orang yang berhasil mengumpulkan materi sebanyak mungkin.
Maka dapat dikatakan timbulnya perubahan prilaku masyarakat yang materialistis dipengaruhi oleh globalisasi.

b.      Peran Ibu dalam Kemajuan Dunia
Mak,
Bukan Cuma aku yang membutuhkanmu
Bangsa ini pun bertopang pada pilarmu
Pilar kejujuran, kebersahajaan, keanggunan, keteladanan
sekaligus kekuatanmu
Puisi yang dikutip dari buku Chici Sukardjo yang berjudul Bolehkah Aku Memanggilmu Ayah? Telah memberi bukti pentingnya peran seorang ibu dalam kemajuan dunia dengan kejujuran, sahaja, keanggunan, keteladanan dan kekuatannya.
Ibu adalah peletak dasar lahirnya generasi penerus bangsa sebagai pewaris peradaban. Di tangan ibulah para pemimpin masa depan umat lahir. Mengapa demikian? Hal ini dikarenakan seorang ibulah yang paling

5
banyak berinteraksi dengan seorang anak. Ibu yang melahirkan, mengasuh, dan tentu saja mengarahkan si anak, akan dibawa kemana si anak.
Tokoh-tohoh dunia yaitu Umar bin Khattab, Khalid bin Walid; ’Si-Pedang Allah’, Shalahudin Al-Ayyubi; pahlawan Islam dalam perang salib, Buya Hamka, dan seluruh para pemimpin baik yang terdahulu maupun zaman sekarang dilahirkan dari rahim seorang perempuan. Termasuk Fir’aun, Charles Darwin; peletak teori evolusi yang membingungkan, Hitler; si tangan besi, Lenin, Karl Mark, juga lahir dan pernah merasakan kasih sayang seorang perempuan. Serta Thomas Alrfa Edison, Einstein dan para pelopor hebat lainnya. Yang tidak lain dan tidak bukan karena kepekaan, kedekatan dan kasih sayang seorang ibu yang tanpa pamrih rela membaktikan hidupnya untuk keluarga, demi mengukir generasi yang lebih “hidup” dan cemerlang.
Peran ibu yang turut ambil alih dalam kemajuan dunia ataupun suatu Negara dapat kita lihat dari kondisi kesejahteraan bangsa Jepang dan peran ibu di Jepang. Pertama mari kita perhatikan data kualitas pendidikan di Jepang. Pada tahun 2001, 97,6% gadis Jepang tamat SMA. Sebanyak 48,5 % dari jumlah itu melanjutkan studinya ke jenjang D3 dan SI. Pria Jepang yang tamat SMA sebanyak 96,3%, dan yang melanjutkan hingga selesai D3-S1 sebanyak 48,7% (Sumber data: About Japan Series 5, Fact & Figure of Japan 2002, Foreign Press Center Japan). Dari data ini kita bisa simpulkan bahwa tingkat pendidikan masyarakat Jepang sudah tinggi, hampir 100 % sudah menamatkan SMA, baik wanita dan prianya.
Suatu hal yang menarik dari hasil pendataan yang kita lihat di atas adalah itu merupakan pencapaian hasil di saat sekarang ini. Kita pasti sama-sama bisa mengerti bahwa hasil yang dicapai saat ini adalah sesuatu 
 
6
yang diusahakan oleh mereka di masa lampau bukan? Menariknya, mereka, terutama ibu-ibu yang mendorong putra-putrinya agar selalu melanjutkan studinya itu adalah ibu-ibu yang mungkin usianya sekarang sudah di atas 50-60 tahun. Itu tandanya mereka adalah ibu-ibu Jepang yang justru saat itu hidup di tengah kondisi Jepang yang serba sulit. Mereka adalah ibu-ibu yang tetap semangat membesarkan putra-putrinya justru di tengah berkecamuknya perang dunia dan paham imperialisme yang dianut Jepang pada saat itu. Kita sama-sama tahu bahwa pada saat itu Jepang pernah mengalami kehancuran yang hebat akibat serang sekutu. Pada pertengahan Agustus 1945, kota Nagasaki dan Hiroshima dijatuhi bom atom. Kejadian itu bahkan hingga saat ini masih menyisakan luka yang amat mendalam bagi rakyat Jepang. Waktu itu, dunia memperkirakan bahwa ekonomi Jepang tidak akan pernah bangkit sampai 200 tahun. Tapi kita lihat buktinya sekarang, hanya dalam waktu 25 tahun setelah itu, Jepang kembali dapat memulihkan kondisi ekonominya.
Dari uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa perempuan Jepang membantu kemajuan ekonomi bangsa dengan dua cara, yaitu melalui proses akademis dan sosialisasi. Secara akademis, mereka berusaha belajar & bersekolah justru bukan untuk kepentingan karir diri mereka sendiri. Mereka bersekolah justru agar bisa mengajari anak-anak mereka lebih baik. Sedangkan aspek sosialisasinya, mereka mengajarkan anak-anak mereka bagaimana berperilaku sopan santun dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam kemajuan dunia,  ibu memegang peranan yang sangat penting. Maka dari itu, sering sekali orang menyebut “Ibu adalah tiang negara. Manakala ibunya baik maka baiklah negara. Manakala ibunya rusak, maka rusaklah negara”

7
c.       Peran Ibu dalam Masa Tumbuh Kembang Anak
Anak merupakan aset yang menentukan kelangsungan hidup, kualitas dan kejayaan suatu bangsa di masa mendatang. Oleh karena itu anak perlu dikondisikan agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan dididik sebaik mungkin agar di masa depan dapat menjadi generasi penerus yang berkarakter serta berkepribadian baik.
Keluarga adalah lingkungan yang pertama dan utama dikenal oleh anak. Karenanya keluarga sering dikatakan sebagai primary group. Alasannya, institusi terkecil dalam masyarakat ini telah mempengaruhi perkembangan individu anggota-anggotanya, termasuk sang anak. Kelompok inilah yang melahirkan individu dengan berbagai bentuk kepribadiannya di masyarakat. Oleh karena itu tidaklah dapat dipungkiri bahwa sebenarnya keluarga mempunyai fungsi yang tidak hanya terbatas sebagai penerus keturunan saja. Mengingat banyak hal-hal mengenai kepribadian seseorang yang dapat dirunut dari keluarga
Dalam keluarga peran ibu memegang peranan yang sangat penting dalam pembentukan karekter atau watak anak di masa tumbuh kembang anak. Karena ibu yang secara emosional dan kejiwaan lebih dekat dengan anak. Dan ibu harus mampu menjadi teladan yang baik bagi anak-anaknya baik dalam bertutur kata, bersikap maupun bertindak. Karena bagi seorang anak yang dalam masa tumbuh kembang orang tua (ibu terutama) merupakan cermin baginya. Apa yang ibu lakukan akan anak tiru tanpa peduli kebenaran atau kesalahan hal tersebut.
Maka orang tua, terutama ibu harus menjauhi “kenakalan-kenakalan” orang tua yang bisa dicontoh anaknya. Kenakalan-kenakalan tersebut seperti suka berkata-kata kasar, suka menghujat atau memaki, mengajari anak untuk melakukan perlawanan ketika anak diganggu orang

8
 lain, suka menyakiti anak secara fisik dan psikis, merokok seenaknya di depan anak-anak, dan sebagainya  (masalah akhlak). Karena kenakalan orang tua tersebut bisa saja menjadi cermin anak.
Dengan memainkan peranan sebagai seorang ibu yang bijak dalam mendidik dan mengasuh anak, anak akan tumbuh dan berkembang secara optimal. Dan yang tidak kalah pentingnya, anak akan tumbuh menjadi anak yang berkarakter tidak mudah larut oleh budaya buruk dari luar serta menjadi anak yang berkepribadian baik sebagai aset generasi penerus bangsa di masa depan.

d.      Perubahan Peran Ibu dalam Keluarga di Era Globalisasi
Seperti yang telah dibahas pada subbab sebelumnya dampak dari adanya globalisasi adalah prilaku materialistis. Perubahan ini juga terjadinya dalam keluarga. Setiap keluarga membutuhan uang untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Maka, saat ini kita dapat menemukan mayoritas ibu di Indonesia bekerja.
Tapi bekerja bukan alasan bagi seorang ibu untuk meninggalkan tugas utamanya yaitu mengasuh dan mendidik anak. Masalah yang timbul dari kewajiban ibu yang baru ini adalah kurangnya perhatian kepada anak di masa tumbuh kembangnya. Padahal di masa tumbuh kembang anak sangat membutuhkan sosok ibu sebagai penuntunnya.
Dalam subbab ini, penulis menyediakan hasil angket yang dapat dijadikan suatu acuan perubahan peran ibu dalam keluarga di era gloalisasi.
1)  Apakah ibumu bekerja?
            Ya                               : 54 %
Tidak                           : 46 %

9
2)  Apakah ibumu selalu ada di saat kamu pulang sekolah?
            Selalu                          : 12 %
Kadang-kadang          : 42 % 
Tidak                           : 46 %
3)  Berapa lama ibumu bersamamu dalam satu hari?
             < 7 jam                       : 80 %
 >7 jam                        : 20 %
4)  Apakah kamu pernah bercerita kepada ibumu tentang masalah   pribadimu?
Selalu                          : 16 %
Kadang-kadang          : 69 % 
Tidak                           : 15 %
5) Apakah ibumu pernah menjanjikan sesuatu apabila kamu berhasil membuat ibumu bangga?
Selalu                          : 38 %
Kadang-kadang          : 52 % 
Tidak                           : 10 %

Berdasarkan hasil angket yang dipaparkan dalam karya tulis ini, dapat kita ketahui bahwa mayoritas ibu siswa-siswi SMP Negeri 1 Palembang bekerja dan memiliki jabatan di kantornya. Ibu yang bekerja secara otomatis terbagi fokusnya antara keluarga dan urusan kantor. “Terkadang saya suka binggung apa yang harus saya utamakan ketika saya pulang bekerja dengan masalah kantor yang harus saya selesaikan segera atau menghadapi anak saya yang saya akui sangat membutuhkan perhatian saya. Tapi saya pikir, lebih baik saya selesaikan pekerjaan toh saya kan bekerja untuk anak, untuk kebutuhan dia.

10
Jadi secara tidak langsung saya tetap perhatian dengan dia” tutur seorang ibu yang diwawancarai penulis.
Selain perkataan ibu tersebut, persentase dari angket di pertanyaan nomor 2 dan 3 juga menunjukan kurangnya perhatian ibu yang bekerja terhadap anaknya. Anak menghabiskan waktu selama ± 7 jam di sekolah ataupun di tempat lesnya. Sedangkan ± 17 jam dihabiskan anak di rumah. Dari hasil angket di atas 80% ibu hanya menghabiskan waktu < 7 jam. Dapat dikatakan selama ± 10 jam, anak melakukan aktivitasnya tanpa ibunya.
Pada masa tumbuh kembang anak, anak selalu menginginkan perhatian dari ibunya. Tanpa sosok ibu yang ia harapkan ketika pulang sekolah, sulit bagi anak tersebut untuk mendapatkan perhatian yang lebih dari ibunya. Hal ini dapat kita lihat pada hasil angket nomor 4 dimana seorang anak tidak selalu menceritakan masalahnya kepada ibunya. Padahal dengan bercerita kedekatan dan keharmonisan antara ibu dan anak akan semakin erat. Tetapi, dewasa kini anak agak enggan untuk cerita kepada ibunya dengan alasan ibunya hanya peduli pada pekerjaannya.
Di era globalisasi, prilaku materialistis sangat terlihat di kehidupan nyata. Dapat kita lihat dari hasil persentase pertanyaan nomor 5, dimana dapat kita temui banyak orang tua yang memberi atau menjanjikan sesuatu hadiah apabila anaknya berprestasi atau membuat orang tuanya bangga. Tentu saja, orang tua berpikiran hal ini dapat memacu semangat sang anak. Tapi yang perlu orang tua ketahui, khususnya seorang ibu sistem memberi hadiah mudah sekali menyebabkan anak lantas suka tawar-menawar dengan orang tuanya, bahkan memeras mereka. Minta hadiah yang lebih besar sebagai imbalan bagi perbuatannya yang “baik” .      
11
Dan dari perkataan seorang ibu di atas yang mengatakan bahwa dengan ia memilih menyelesaikan urusan pekerjaannya dengan alasan mengatasnamakan tujuan ia bekerja adalah untuk memenuhi kebutuhan anaknya, bukan berarti ia sudah memberikan perhatian kepada anaknya. Yang ibu perlu ketahui juga adalah di masa tumbuh kembang sebenarnya anak tidak begitu membutuhkan hadiah yang anak sangat butuhkan adalah kasih sayang dan perhatian dari orang tua khususnya ibu. Selain itu, hadiah yang dibutuhkan anak adalah hadiah yang apabila diberikan secara tak terduga, tanpa janji dan pemberitahuan terlebih dahulu. Hadiah yang paling bermanfaat bagi anak, apabila orang tua memberinya tanpa mengharapkan atau menuntut sesuatu dari anak. Serta hadiah yang paling membuat anak senang, apabila ia mengandung pengakuan dan penghargaan terhadap pribadi anak.
Jadi, perubahan yang terjadi dalam peran ibu terhadap masa tumbuh kembang anak di masa globalisasi adalah kurangnya perhatian kepada anak dan prilaku materialistis. Prilaku ibu yang juga beranggapan bahwa dalam memberi kasih sayang hanya dengan cara memberi anaknya hadiah atau uang.
3.     Penutup
a.      Kesimpulan
Di era globalisasi, materi merupakan segalanya. Semua orang berusaha mendapatkan materi sebanyak-banyaknya, termasuk seorang ibu. Maka dapat ditemukan banyak ibu yang bekerja. Peran ibu dalam masa tumbuh kembang anak pun berubah, ibu menjadi kurang perhatian. Padahal di masa tumbuh kembang anak sangat membutuhkan kasih sayang dan perhatian ibu.


12
b.      Saran
Hasil angket yang dipaparkan di karya tulis ini telah membuktikan bahwa ibu yang bekerja kurang memperhatikan anaknya dan tetap menganggap materi adalah segalanya. Ibu yang memiliki jabatan yang tinggi dengan karir yang cemerlang dalam pekerjaannya merupakan suatu hal yang membanggakan. Akan tetapi, hal tersebut dapat menjadi sangat membanggakan apabila anak yang ibu lahirkan menjadi lebih sukses dari ibunya karena didikan dan kasih sayang ibu.
Selain itu, ibu juga dapat mencontoh prilaku ibu-ibu Jepang yang diceritakan di dalam karya tulis ini. Prilaku yang terus semangat memotivasi anaknya dan terus memberikan curahan kasih sayang serta pendidikan sopan santun yang belum tentu didapatkan anak di sekolah formal.















13
DAFTAR PUSTAKA

  1. http://sobatbaru.blogspot.com
  2. About Japan Series 5, Fact & Figure of Japan 2002, Foreign Press Center Japan
  3. http://mujahidsamurai.multiply.com/
  4. http://dakwahkampus.com/ 
  5. http://www.mail-archive.com/
  6. http://mardiya.wordpress.com/ 
  7. http://www.ubb.ac.id/
  8. Sukardjo, Chichi. 2004. Bolehkah aku memanggilmu ayah?. Jakarta: Gema Insani
  9. Ginott, Dr Haim. 1965 Between Parent and Child. Jakarta: P.T Gramedia
  10. Laning, Vina Dwi . 2007 IPS Sosiologi Kelas IX. Klaten: P.T Intan Pariwara








14
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Karena berkat rahmat dan kesempatan-Nya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini. Karya tulis yang memaparkan tentang peran ibu terhadap masa tumbuh kembang anaknya di era globalisasi ini disusun dengan harapan ibu dapat menjadi sosok yang benar-benar mengetahui hal yang terbaik unuk anaknya.
Demikian karya tulis ini disusun dengan sebaik-baiknya. Terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan karya tulis ini. Terima kasih kepada guru dan orang tua yang telah memberi motivasi dalam pembuatan karya tulis ini.
Penulis sadari dalam pembuatan karya tulis masih banyak kekurangan. Maka dari itu penulis sangat mengharapkan sumbang saran dan kritik yang membangun dari para pembaca terhadap karya tulis ini. Besar harapan penulis, karya tuis ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya ibu,sang inspirator dunia.

Penulis









ii
DAFTAR ISI

Halaman judul……………………………………………………………………….i
Kata Pengantar...........................................................................................................ii
Daftar Isi ..................................................................................................................iii
1. Pendahuluan
a.       Latar Belakang...............................................................................................1
b.      Permasalahan..................................................................................................2
c.       Tujuan Pengamatan........................................................................................2
d.      Metode Pengamatan.......................................................................................3
e.       Manfaat Pengamatan......................................................................................4
f.       Sistematika Penulisan.....................................................................................4
2. Hasil Penelitian
a. Globalisasi dan Materialistis………………………………………………….4
b. Peran Ibu dalam Kemajuan Dunia……………………………………………5
c. Peran Ibu dalam Masa Tumbuh Kembang Anak……………………………..8
d. Perubahan Peran Ibu dalam Keluarga di Era Globalisasi…………………….9
3. Penutup
      a.Kesimpulan…………………………………………………………………..12
      b. Saran………………………………………………………………………...13
Daftar Pustaka…………………………………………………………….……….14




iii


selesai judul kartulnya
GLOBALISASI TUNTUT IBU HIRAUKAN MASA TUMBUH KEMBANG ANAK :)


You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images