Jembatan Petang----BNK :*

23.10

“Petang ini, tak pernah sepenat ini emmm” kuhentikan gerak penaku dan ku pandanggi sumber suara yang sangat menyebalkan itu.

“Mau pesen apa atuh kang? Ini mah udah petang, eneng mau tutupan sebentar!”
Jenggah, hanya itu yang kurasakan

“Shit!” ujarku. Ku tatap gadis kampung kumuh itu dan gadis itu hanya menatapku aneh.

Kulangkahkan kakiku ke arah jembatan, benar-benar menyebalkan. Sedetik kemudian kudengar gadis itu berbicara, “Tuh akang cakep pisan euy! Mau ah eneng jadi istrinya tinggal di enggak kayak gini di tempat kumuh, bosen atuh sampahnya banyak pisan….”

Kakiku tiba-tiba berhenti, kulihat kembali gadis kumuh itu. Tampak begitu peluh wajahnya yang polos. “Jangankan kau, aku yang baru satu jam disini sudah jenggah dengan kekumuhan ini” ucapku lirih.

Otakku kembali memerintahkan kakiku ke arah jembatan, tempat yang cukup bersih dibanding warung tegal yang aku hampiri tadi. Jembatan itu tampak kosong hanya terdapat rumput-rumput yang tumbuh sngat teratur. Tempat yang sebenarnya sejuk dan damai, di bawahnya terdapat rel kereta api. Tapi tak kupedulikan hal tersebut suasana hatiku sangat kacau. Penat, jenggah tempat yang sangat kumuh bagaimana bisa kau meneliti disini. Sungguh persetan dengan dosen yang memerintahkanku kesini.

Belum aku temui tempatku menginap hari ini. Mataku masih mengawasi sekeliling hanya ingin mencari suatu kata yaitu “DISEWAKAN”. Sama sekali tidak ada, hingga pandangan dan langkahku terhenti pada satu sosok. Sosok yang tiba-tiba hadir di tepi jembatan. Diam, suci, indah dan sempurna. Gadis ayu berambut hitam panjang sebahu, berat badan dan tinggi badan yang proporsional, dengan kulit putih bersih. Sungguh sempurna, dan tanpa sadar moment itu menjadi lebih sempurna ketika mata kami saling berpandangan dan kedua bibir kami membentuk sebuah senyuman. Yah senyuman, dia tersenyum padaku dan aku tersenyum padanya. Tapi kedua bola matanya tidak ikut tersenyum, dia langsung menunduk dan menjauh. Aku pun sadar tak mungkin untuk mendekat karena dia menjauh. Aku terdiam sesaat. Tapi otakku terus memerintah untuk mendekat ke arahnya. Dan…

“Emmm, neng! Emm…..”

“Kalau anda mencari penyewaan disini tidak ada, cobalah anda berkata pada pemilik kedai itu. Pasti dia mau memberikan tempat dagangnya ketika malam untuk anda beristirahat” katanya dengan seulas senyum sambil mengarahkan badannya ke arah warung tegal yang ia sebut kedai. Ajaib luar biasa, belum aku katakan apa-apa tapi dia sudah mengerti. Mungkin kami jodoh, semoga saja begitu.Oh tidak, hanya kebetulan.

“Oh, baiklah terima kasih emmm maaf namanya?”
“Nila, anda emm jo..” tiba-tiba ia diam, hampir ia membuatku terkesan apabila ia benar ngucapkan namaku. Apakah kami saling mengenal, karena rasanya aku sangat familiar dengan matanya. Rasanya tidak. Mungkin dia gadis yang memiliki indra keenam, auranya sangat berbeda "Yah, saya Joni!" ucapku lirih
"Anda jomblo?" ucapnya tiba-tiba.

Mataku menggelak tak percaya, semua tebakanku salah. Jo yang dia ucapkan diawal. Bukan untuk membentuk namaku. Selancang inikah anak-anak di kampung kumuh ini. Gadis tadi ingin dinikahiku, sekarang gadis sempurna ini malah menanyakan statusku. Pantas saja…
“Maksud saya, anda tidak membawa teman! Kalau membawa teman sepertinya pemilik kedai tidak mengizinkan anda dan teman anda bermalam di kedainya” ujarnya terburu-buru.
Alasan yang bagus untuk berkelit, tapi dari raut mukanya aku yakin dia tidak berbohong memang hal itu yang ingin ia tanyakan.
“Tidak apa-apa emmm maksud saya yah saya sendiri!” ujarku lalu gadis itu tertunduk. Jujur aku lupa namanya, entah mengapa.
“Sebaiknya anda lekas ke sana sudah petang mereka akan tutup” katanya masih dengan menunduk.
Asalkan denganmu dan menatapmu terus aku akan tetap disini dan kubiarkan saja malam berlalu asal kau tetap didekatku, ujarku dalam hati.
“Tidak baik berada di sini sampai malam, walaupun anda suka. Anda harus istirahat. Temui aku lagi besok di sini bila anda mau!” ucapnya malu-malu. Aku terdiam, berarti dia juga menyukaiku. Dia bergegas pergi tapi otakku memerintahkan aku untuk....
“Tunggu,…” dia menoleh
“Kau sangat cantik hari ini, dan aku su…”
“Maaf ibuku menungguku” katanya lembut.
“Yah, aku sudi bertemu denganmu emmm besok dan seterusnya” Kubalikan badanku, aku berlari untuk mencapai kedai itu. Yang jelas aku sangat bahagia, di depan kedai aku membuka kembali agendaku. Kurobek kertas yang bertuliskan “Petang ini, tak pernah sepenat ini”. Sambil berjalan kutulis HARI INI AKU BAHAGIA
************************

“Tak ada alasan baginya untuk menolakku bermalam di sana” kataku cepat. Ku pandang lagi kereta api yang menjauh.
“Mengapa kau tertawa?” Aku menoleh, ketika kulihat sosok cantik disebelahku terkikih.
“Tidak! Anda mengapa pergi ke kampung ini? Ingin meneliti?”
“Benar! Kau tahu?” Aku kaget mungkin benar dia bukan waniita biasa. telah beberapa kali dia mengetahui, sebelum aku jelaskan. Bulu kudukku tibatiba berdiri.
“Semua orang asing ke sini hanya untuk meneliti atau meliput berita, tapi anda tidak membawa kamera. Berarti anda ingin meneliti” jelasnya singkat. Aku menghela nafas. Kecewa tapi cukup lega.
“Kau benar, aku disini ingin meneliti tentang kucing. Aku tak mengerti ketika perlahan-lahan orang menemui kegunaan hewan tapi tak ada yang menemui kegunaan kucing. Maka aku ingin sekali menemukan itu. I will be the first” kataku yakin.
“I hope so!” Aku terperanggah. Mataku menatap takjub.

“Maaf kau bisa berbahasa Inggris?” Dia terkikih perlahan.
“SD saja tidak, saya tidak bisa”Dia tersenyum sedih.

“Jadi kau tidak bersekolah?” tanyaku heran. Sayang sekali gadis sesempurna ini tidak mengenyam pendidikan. Tiba-tiba diturunkannya kakinya, sehingga menggantung di jembatan. Dia kembali tersenyum sedih, aku sangat menyesal menanyakannya.Tapi perlahan dia menoleh ke desa sebrang. Yah, jembatan ini menghubungkan antara dua desa.

“Hidupku hanya untuk ibuku!” jawabnya singkat. “Itu ibuku,Bu lastri namanya” ibu jarinya menunjuk wanita yang sedang mengajari anak-anak menari jaipong di desa sebrang. Wanita paruh baya, yang masih terlihat cantik. Wajar bila anaknya begitu sempurna. Mataku tak lepas memandangi wanita itu, kagum dengan kepiawannya menari, terpesona akan kesabarannya dan jatuh cinta dengan dia. Oh tidak, I just easy to fall in love. This is me, I guess.
“Mengapa anda melihat ibuku terus? Suka dengan ibuku?” Bukannya merajuk seperti gadis-gadis di ftv yang sering adikku tonton ketika lelaki pujaannya malah menyukai yang lain. Tapi ia malah tersenyum puas, mungkin ia hanya menggodaku. Atau mungkin aku bukan lelaki pujaannya. Ah, sudahlah!

“Tidak” elakku cepat. Tapi mataku tidak bisa lepas pada sosok itu dan ketika sosok itu menoleh ke arahku dan tersenyum. SEMPURNA.
“Hariku hanya untuk ibuku” Aku melihat gadis itu. Matanya sendu, seraya mengingat-ingat kembali.

“Ibumu sakit?” Tiba-tiba aku takut apabila ia menjawab iya, aku tidak tahu entah mengapa.

“Tidak!” Senyumku terbentuk.
“Teruskan!”
“Tugasku dan baktiku kepada ibu hanya saat malam!” Aku terkejut, wajar dia cantik. Tapi tak disangka ternyata dia hanya sebagai kupu-kupu malam. Yah, seperti acara reality show di TV. Gadis-gadis menjual diri demi berbakti kepada keluarga. Ingin aku hentikan ceritanya, tiba-tiba aku kecewa sekali.

“Ketika, ibu letih mengajari anak-anak menari dan aku tidur di sampingnya, sambil memijati tubuhnya dan mengenang masa lalu kami dalam keadaan diam!” jelasnya dengan tersenyum.
Bodohnya aku, menghujat perbuatannya yang mulia dengan dugaan yang hina, dia bukan kupu-kupu malam tapi dia itu peri ibunya, malaikat ibunya.Ia melanjutkan ceritanya. Tapi tak kuhiraukan. Otakku kembali berpikir, aku terlalu sibuk dengan peran apa yang sedang aku mainkan. Yah pengaruh negatif dari penonton sejati. Aku melihat ke arah wanita tua itu, yang entah mengapa lagi-lagi aku lupa namanya.

“Aku suka melakukan itu, tidur di sampingnya, memijatinya hingga terlelap dan terus mengenang masa lalu kami” kulihat sekilas gadis itu dan mataku masih menatap jelas ibunya. Entah mengapa aku merindukan suasana itu.
“Kau sangat mirip ibumu!”
“Tapi lebih mirip dengan ayahku”
“Ayahmu?” aku terperanjat, rasanya sangat dekat dengan ucapan itu. Dan aku ingin mengetahuinya, feeling ku berkata ia ada di sekitar sini.

“Yah di lain waktu anda akan tahu, di lain waktu aku akan beritahu, di lain waktu anda akan mengerti” ucapnya dengan senyum. Dan aku sangat menanti di lain waktu itu.


Kupejamkan mataku, perasaan ini begitu nyata. Sangat nyata. Aku benar-benar ingin bertemu dengan sosok itu, bukan gadis itu tapi ibunya. Ku ingat kembali percakapaan dengan gadis yang bahkan aku lupa namanya.  Kubaringkan tubuhku di bangku panjang kedai yang telah aku tempati selama tujuh hari. Lalu kutarik jaketku, kupakai segera. Langkahku membawaku ke arah rumah gadis itu. Tanpa mengetuk pintu, kubuka pintu itu secara perlahan dan kudapati sosok paruh baya itu sedang berbaring di tempat yang di ceritakan anak gadisnya.
Nyata, ranjang tua dengan dua bantal berwarna kuning dan satu bantal hitam. Di bantal yang hitam aku berbaring di sana sambil memijat ibu ku, kuteringat kembali ucap anak gadisnya tadi. Tapi aku tidak menemui sosok siapa pun di bantal hitam itu. Sedangkan wanita tua itu terperanjat heran melihatku datang tiba-tiba.
“Maaf bu! Aku hanya ingin menemui anak gadismu!”kataku. Aku heran, betapa tidak sopannya aku datang tiba-tiba tanpa permisi.

“Anak gadis? Aku tak punya anak gadis!” Wanita tua itu berkata.

Sempurna, telak. Dugaanku sangat benar. Gadis itu hanya yah setan bisa dibilang. Benar-benar seperti di sinetron yang ibuku tonton. Sebenarnya gadis itu tidak ada, dia hanya penunggu jembatan dan sempurna tak pernah kubayangkan aku mengalami hal ini. Terpesona dengan kecantikan mahluk semu dan tertipu akan permainannya. Baik akan kita lanjutkan permainannya.
“Yah, gadis yang mengabdikan hidupnya demi ibu. Yang selalu tidur di samping ibu, memijati ibu hingga terlelap dan terus mengenang masa lalu kalian. Setelah itu dia akan…………” tak keteruskan kalimatku, kulihat wanita paruh baya itu menanggis tersedu-sedu.Apakah aku telah berkata salah sehingga menyinggung perasaan ibu itu atau....

Wow, berubah ceritanya. Gadis cantik itu bukan penunggu jembatan. Tapi ia adalah anak ibu tua ini tapi belum bisa mengabdi kepada ibunya sehingga ia gentayangan dan mengangguku. Cukup.
Tapi naluriku tetap ingin mengetahui cerita selanjutnya, bukan aku pikir naluriku hanya ingin menghibur ibu ini. Kepeluk ibu itu dan kuberikan ketenangan, kelembutan dan kesabaran disetiap nafasku.

“Mengapa ibu menanggis?”tanyaku pelan. Aku sangat merindukan momen ini, momen yang sangat aku suka. Memeluk wanita ini yah itu dia. Mungkin aku merindukan ibuku, tdak aku mencintai wanita ini. Hah? dia sudah tua, tapi aku tetap tidak peduli.

“Yang kau sebutkan tadi adalah apa yang aku lakukan 43 tahun yang lalu, ke….tikaa ibuku masihh a…daaa huhuhuhu” Ia kembali terisak kali ini lebih keras. Sangat keras. Aku semakin binggung benar-benar bingung.
Kulepaskan pelukan ibu itu, ketikaku mulai paham cerita ini. Cerita yang bukan dibuat oleh gadis manis mempesona yang semu itu. Tapi cerita yang aku dengar dari wanita yang ia bilang ibunya. Wanita yang mulai aku cintai. Tapi separuh jiwaku masih menolak, bingung, pusing. Kutinggalkan ibu itu yang masih terisak.

Aku benar-benar tak mengerti apa yang terjadi, aku bertemu dengan gadis cantik dan ia bercerita tentang ibunya. Tapi ketika aku mulai kagum kepada dia dan aku ceritakan kepada pemilik kedai, pemilik kedai sama sekali tidak tahu. ia bahkan tidak pernah melihat aku berbicara dengan gadis itu dijembatan. Padahal sudah satu minggu aku berbicara padanya setiap petang. Sungguh membuatku pusing. Dan saat ini ibu itu bilang, ia tidak punya anak. Yang membuat aku tidak mengerti apa yang gadis itu ceritakan adalah hal yang sama dengan apa yang ibu itu lakukan pada ibunya 43 tahun yang lalu. Yang beda hanya ibunya telah tiada. Karena tertabrak kereta api. Kepalaku ingin pecah.
Aku terisak, yah tanpa tahu sebabnya. Mungkin aku terharu dengan cerita ibu itu, atau aku merindukan ibuku atau yah aku merasa sangat dekat dan akrab dengan semua ini. Aku berlari ke arah jembatan itu berharap aku bisa melihat dari atas dan kembali mengulang kejadian mematikan yang membuat wanita tua itu sangat bersedih. Yah, aku ingin melihat ibu wanita itu tertabrak kereta api. Hanya itu dan........
BYARRRRR
“Anda melihatnya tadi”tiba-tiba aku sedih, tanggisk kembali terdengar.

“Yah, aku melihatnya! Ibu wanita tua itu tertabrak kereta api. Hingga wanita tua itu bersedih”
“Hingga wanita tua itu menolak takdir!”
“Maksudmu?” Aku baru sadar saat kulihat sosok gadis mempesona itu. Bulu kudukku merinding, aku sadar dia bukan manusia. Aku menjauh darinnya.
“Jangan takut bila anda ingin ini semua selesai aku mohon! Aku sudah lelah! Aku menunggu selama 17 tahun! Aku capai! Tolong aku karena hanya anda dan wanita tua itu yang bisa” ia memohon dengan terurai air mata. Lagi lagi, aku tak mengerti. Tapi kutarik nafasku, dan kudekati dia.Mungkin dia ingin melanjutkan permainan, aku lelaki. Aku tak takut, dia mungkin ingin memintaku mencabut paku di kepalanya. Yah atau..

“Jadi, apa maksudmu?”tanyaku cepat. Sebenarnya aku sangat takut.

“Kau percaya takdir?” Aku menganguk
“Wanita itu telah menolak takdir. Melawan takdir. Aku sedih aku tak suka ini”
“Siapa kau? Kaukah penentu takdir? Hingga kau marah karena wanita itu melawanmu, lalu apa hubungannya dengan aku” ujarku cepat kesabaranku mulai habis. Aku juga sudah capai, sungguh ajaib hari ini.

“ssstttt!” ia mengengam tanganku dan aku tak kuasa menolak, tangannya lemah seperti tidak betulang dan sangat dingin. bukannya setan tidak bisa memegang apapun, berarti..."Aku bukan setan seperti apa yang anda pikirkan. Aku bahkan belum pernah terlahir apalagi meninggal seperti yang anda pikirkan. Aku Tahu anda binggung sekali, tapi tolong jangan pikirkan apapun tentang aku, karena hatiku sangat sakit apabila mengetahui aa yang anda pikirkan" pintanya. Aku hanya diam, kukosongkan pikiranku. Yah, aku menurutinya. Aku tidak ingin menyakitinya, tanpa tau mengapa.

“Lihat mataku, Rambutku, postur badanku? Ingat ketika aku bilang aku lebih mirip dengan ayahku, kau tahu siapa ayahku?” Aku menggeleng.
“Kau!” kulihat dia tak ada tampang bohong dimukanya, aku tak berani berkata. Bingo! Pantas setiap aku melihat wajahnya, wajah itu sangat familiar dann setiap aku berkaca aku selalu teringat dia. tapi, aku belum menikah apalagi punya anak. Bohong,...
“Terserah anda, apa yang anda pikirkan. Aku sudah lelah dengan apa yang anda pikirkan. Wanita itu ibuku, tapi dia melawan takdir. Dia tidak ingin menikah karena ia takut anaknya akan sedih ketika ia meninggal dunia. Dan kau tahu, kau adalah jodohnya tapi dia melawan takdir. Seharusnya kita hidup bahagia sekarang. Aku sngat menginginkan itu. Aku ingin dilahirkan olehnya, aku ingin dibesarkan oleh kalian berdua, aku inginnn sekolah, aku ingin anda akui sebagai anak anda, bukan sebagai mahluk halus. Aku ingin wanita itu tdiak melawan takdir sudah cukup bagiku, 17 tahun aku menunggu..…” ia menanggis.
Aku masih setengah sadar, tak percaya dengan semua ini.Belum pernah aku menonton film sepeti ini. Jadi aku tak tahu apa yang harus aku lakukan.

“Tapi, ayah!” dia memelukku dan tersenyum. Aku hanya diam “Tuhan berkata lain, Tuhan ingin kita bersatu. Kau lihat tadi wanita itu tertabrak kereta. Itu berarti ia akan terlahir kembali dan menikah dengan kau. Dia juga akan melahirkanku!”
“Jadi? Itu bukan ibunya? Itu wanita, yang kau bilang ibumu, oh tidak aku mencintainya mengapa ia meninggalkanku!” aku tiba-tiba menanggis aku tidak tahu mengapa. Aku sangat sedih.

“Tenang ayah, aku juga mencintainya. Kau tahu, segala kunci hanya di pundakmu sekarang. Turuti jalan wanita tua itu, anda akan terlahir kembali. Lekaslah pulang ke rumahmu, pijati ibumu dan ingat masa lalumu! Itupun bila kau mau, tapi aku sudah bosan menunggu aku lelah.” Lalu wanita itu hilang entah kemana. Dan hanya ada aku sekarang terdiam menunggu keajaiban.

***********************************
Joni melingkarkan tanggannya di pinggang Lastri, istrinya. Tiba-tiba Lastri melepaskannya dan berlari ke suatu rumah. Joni heran, ia takut Lastri mengingatnya.

"Joni, coba lihat! Banyak sekali anak kecil di sana, aku ingin mengajaknya menari. Sudah sangat olama aku tidak menar, bolehkah?" pintanya dengan seulas senyum manja. Joni hanya mengangukan kepala.Tiba-tiba terdengar langkah cepat dari belakah, seorang bocah. Bocah ayu berambut hitam panjang sebahu, berat badan dan tinggi badan yang proporsional, dengan kulit putih bersih.

"Ayah.....!" Teriakan yang memekikan telinga tapi membuat Joni tertawa. Digendongnya segera bocah 7 tahun itu. Berat tapi Joni senang melakukannya.

"Ada apa?" Ucap Joni ketika anaknya itu berada di pelukannya.

"Lihat kedai itu! Tadi ada tante-tante bilang kalau Nila itu mirip banget sama ibu. Ayah gimana?" katanya lugu.

"Lihat mata kamu sama rambut kamu sayang! Mirip siapa ayo?"

"Ayah!" ujarnya cepat dengan senyuman puas.

"Tante itu belum meliat ayah pasti. Coba kalau udah, pasti dia bilang gitu!" Joni terus mengendong Nila, hingga berada di tepi sebuah jembatan yang terdapat rumput-rumput yang tumbuh sangat teratur.

"Oh iya, ayah jadikan nelitiin kucing tadi Nila udah nemuin 5 kucing sama ibu. Itu ada di sebelah kedai. Ayah cepet ya nelitiin kucingnya, biar ayah jadi will be the pirst" ujarnya cepat.

"Yes, I will be the first!" ujar Joni mantap. Dan Nila hanya tersenyu, tapi tiba-tiba matanya berlinang dan memerintahkan agar ayahnya menurunkannya.

"Ayah jenggah ya disini?" ujarnya cepat. Dia tampak sangat takut. Joni membungkuk dan berkata
"Tidak, ayah sangat bahagia, karena ada Nila dan ibumu"

"NILAAAA!"teriak Lastri dari sebrang. "Kamu mau menari tidak?Disini banyak temanmu, ayo kemari!"

"MAU!"ucap Nila dengan senang, "Aku akan memijati Ibu nanti malam!" Ia berkata pada Joni sambil mengedipkan mata centil dan berlari menuju ibunya.

Sedangkan Joni hanya tersenyum dan melanjutkan perjalanannya untuk menuju kedai itu, Joni sangat rindu dengan bangku panjang itu. Ketika tiba di depan kedai, joni hanya dapat mendengar ucapan seorang gadis kumuh “Tuh akang cakep pisan euy! Mau ah eneng jadi istrinya tinggal di enggak kayak gini di tempat kumuh, bosen atuh sampahnya banyak pisan….”

Joni melangkah santai, kali ini ia benar-benar bahagia tak perluu ia jenggah dan penat di tempat ini Tak perlu ia mencari kata"DISEWAKAN" disini dan dalam hati ia berkata
"Maaf sekali tapi aku sudah berkeluarga dengan dua bidadari yang sempurna!" Matanya melirik ke sebrang dan tersenyum puas saat melihat dua wanita sempurna sedang tertawa lepas sambil menari. SEMPURNA.

try to make a story that's it! :'))))

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images